Sabtu, 15 Oktober 2011

MY CERPEN: Mestinya Dari Dulu


Aku melangkahkan kakiku memasuki halte bis. Aku kesal sekali terburu-buru berangkat sekolah tadi pagi dan lupa membawa jas hujan sehingga harus berteduh dari guyuran hujan di halte bis dengan puluhan orang yang memiliki aroma tubuh beraneka ragam. Ya, memang sudah seminggu ini hujan terus mengguyur wilayah Bekasi. Karena setiap hari hujan, aku sampai lupa membawa jas hujan yang ku jemur di jemuran belakang.
            “Hei, hati-hati dong! Kakiku terinjak nih.” hardik seorang cewek.
            Aku yang terkejut langsung memindahkan kakiku dan langsung meminta maaf kepada cewek itu.
            “Ups, sorry. Aku ga sengaja.”
            “Ya udah, gak pa-pa kok.”
            Dalam hati aku berkata, “manis juga ni cewek. Kenalan ah.”
            “Boleh kenalan ga? Namaku ichsan. Kamu?” lanjutku sambil mengulurkan tangan.
            “mila.” Sambutnya singkat.
            “kamu masih marah ya sama yang tadi?”
            “nggak kok, Cuma sebel aja”
            “kan aku sudah minta maaf. Masa nggak dimaafin?”
            “ya udah. aku maafin kok.”
♥♥♥
            Siang itu matahari bersinar terik sekali. Semakin membuat udara di kota Jakarta yang penuh dengan polusi itu semakin pengap. Apalagi setelah ini mata pelajaran sejarah. Salah satu pelajaran yang paling membosankan untukku. Untungnya ada dimas yang bisa kuajak ngobrol untuk melepas bosan.
“Dim, tahu gak? Kemarin aku ketemu cewek di halte bus. Cantik banget!.”
“Secantik apa sih tuh cewek? Ingin tahu aku.” Penasaran.
“Pokoknya cantik banget deh. Namanya mila.”
“MILA?”
“Iya namanya mila. Kenapa?.”
“Nggak apa-apa sih. Hanya aja namanya sama kayak anak baru di kelas sebelah. MILA.” Jelasnya.
“O ya, kok bisa sama gitu yah? Yang mana sih orangnya?” Sahutku ingin tahu.
“Nanti aku kenalin deh. Anaknya tuh, udah cantik, baik pula. Perfect deh.” Janjinya padaku.
♥♥♥
            Beberapa hari kemudian..
Sore hari. Hampir seluruh siswa sudah meninggalkan sekolah. Seorang cewek sedang bediri mematung di depan gerbang sekolah.
“Hai, Mil. Belum pulang? Udah sore nih.”
“Hai juga, Dim. Belum nih. Lagi nungguin indra.”
“Indra, tadi aku lihat dia masih parkiran. Baru selesai rapat osis. Emangnya ada apa?”
“nggak. Indra minta aku nungguin dia. Mau pulang bareng.”
Di lorong kelas. Ku lihat dimas sedang ngobrol dengan seorang wanita yang sepertinya kukenal. Kucoba mengingat-ingat. “Kayaknya aku kenal dengan cewek itu. tapi siapa ya?” Tanyaku dalam hati. “Daripada bingung coba dekati saja, ah. Nanti juga pasti ingat. Siapa?”
Aku langsung berlari mendekat ke arah dimas dan cewek itu berdiri.
“Mila? Kamu mila yang waktu itu kan? Masih ingat aku nggak?” Tanyaku. Memastikan
            “Oh, Kamu yang waktu itu di halte kan? Ichsan. Ngapain kamu disini?”
“Aku kan memang sekolah disini. Nggak nyangka bisa ketemu kamu lagi.”
Dalam hati aku bersorak senang karena ternyata bisa satu sekolah dengan cewek yang kusuka.
            “Jadi, kalian sudah saling kenal? Kok aku nggak tahu yah.” Dimas terlihat bingung.
            “Dim, mila ini yang waktu itu aku ceritakan ke kamu.” Aku coba mengingatkan.
            “Hai, kayaknya ngobrolnya seru banget nih. Jadi takut ganggu.” Tiba-tiba indra sudah datang dengan mengendarai motor satria merah miliknya.
            “Ah, ga apa-apa kok. Kita Cuma lagi ngobrol sedikit.” Timpalku.
“Oh gitu. Ya udah, aku pinjam mila nya yah? Mau mengantar cewekku ini balik.” Ujar indra. Yang langsung melajukan motornya ke jalan raya.
            “WHAT?? PACAR??” Sontakku dan dimas secara bersamaan. Ternyata cewek yang kami suka adalah pacarnya indra, Teman kami sejak SMP.
♥♥♥
“Mil, kamu mau langsung pulang atau kemana dulu nih?” Tanya indra lembut.
“Kayaknya ga langsung pulang deh. Kamu antar aku ke rumah sakit aja. Aku ada perlu disana.” Pinta mila.
Motor melaju dengan kecepatan sedang menuju ke arah jalan rumah sakit.
♥♥♥
Sebuah motor berhenti di halaman rumah sakit.
“Kamu antar aku nya sampai sini yah. Aku masuk ke dalamnya sendiri aja. Jadi kamu bisa langsung pulang.” Pinta mila dengan sopan.
“Memangnya kamu ngapain sih di dalam? Kalau sebentar, Aku tungguin aja. Lagi pula nanti kamu pulang nya bagaimana?” Balas indra. Ingin tahu.
“Kamu pulang aja. Aku nggak apa-apa. Papa dan mama sudah ada di dalam. Jadi kamu nggak perlu khawatir.” Harap mila.
“Ya sudah. Aku pulang aja deh kalau begitu. hati-hati,ya!” Ujar indra. Mulai menyalakan mesin motornya dan berlalu.
♥♥♥
“Maaf, bapak dan ibu irawan. Sekali lagi saya harus bicara ini kepada kalian. Ini tentang penyakit kanker yang diderita mila. Kanker di tubuh mila sudah mencapai stadium akhir. Kalau tidak segera dilakukan operasi keadaannya bisa semakin parah. Kanker ditubuhnya akan menyebar dan mengakibatkan kematian.” Ujar Dokter Lukman.
“Tapi ,Dok. Mila selalu menolak setiap kali kami meminta dia melakukan operasi. Kami harus bagaimana, Dok?” Kata pak irawan. Kecemasan tergambar jelas di wajah ayah dan ibunya mila.
“Cobalah bapak dan ibu, berbicara sekali lagi kepada mila. Mungkin dia akan berubah pikiran. Karena hanya operasi jalan yang kita punya satu-satunya untuk dapat menyembuhkan mila.” Dokter lukman mencoba meyakinkan keluarga irawan.
“Baiklah, Dok. Kami akan berusaha berbicara lagi kepada mila.” Kali ini bu irawan yang angkat bicara.
♥♥♥
“Halo! Iya ma, sekarang aku lagi ada di kantin rumah sakit. Mama dan papa kesini aja.” Jawab mila terbata-bata. Mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
Tidak berapa lama kemudian, bapak dan ibu irawan sampai di kantin rumah sakit.  “Pa, itu mila. Kita kesana yuk!” Ujar bu irawan kepada suaminya.
“Pah, mah. Apa kata dokter lukman?” Tanya mila penasaran.
“Kamu tetap harus melakukan operasi, sayang. Kondisi kesehatan kamu semakin memburuk.” Mama mila memberikan penjelasan.
“Tapi, mah. mila gak mau di operasi. Mila takut. Mila takut setelah operasi, ga bisa ketemu mama dan papa lagi.” Jawab mila. Sedih.
“Sayang, Jangan ngomong begitu. Jangan bikin mama takut dong! Mama juga ga mau kamu di operasi. Tapi Cuma ini jalan satu-satunya untuk menyembuhkan kamu dari penyakit kanker ganas ini, sayang.” Mama mila semakin khawatir.
♥♥♥
Di rumah sakit. ketika Menjenguk sepupuku yang sakit. Perutku terasa lapar, aku pun pergi ke kantin rumah sakit. Ku lihat mila sedang duduk bersama kedua orang tuanya. Kami saling sapa. Dan mila mengajakku duduk bersamanya.
“Sore. Om, tante. Saya ichsan temannya mila.” Aku memperkenalkan diri.
“Oh temannya mila, teman sekelas? Sedang apa disini?” Tanya papanya mila.
“Ga, om. Saya beda kelas dengan mila. Kebetulan disini lagi jenguk saudara.” Jawabku sopan.
Sekilas kulihat indra berjalan keluar kantin rumah sakit. Aku bertanya-tanya dalam hati benarkah itu indra? Kuputuskan untuk memanggilnya.
“Indra.” Panggilku.
Indra menoleh dan kelihatan gugup saat tahu yang memanggilnya adalah aku yang sedang bersama mila.
♥♥♥
“Ndra?”
“Apa? Kamu mau tanya kenapa aku disini kan. Seharusnya aku yang Tanya ‘Kenapa kamu ga jujur sama aku?” Bentak indra.
“Jujur? Aku sudah jujur kok ke kamu. Dan ga ada apapun yang aku tutupin dari kamu.” Sangkal mila.
“Alah, kamu pikir aku nggak tahu ‘apa yang terjadi sama kamu? Kamu salah mil. Aku tahu. Aku dengar semua yang kamu dan orang tua kamu bicarakan. Dan yang kamu ga pernah cerita ke aku.” Lanjut indra. Marah.
“Maafin aku, Ndra. Aku.. aku ga bermaksud ngebohongin kamu. Aku cuma..” kalimat mila terputus.
“Cuma apa? Cuma pikir aku bodoh sehingga harus terus bertahan dengan ketidak terbukaan kamu ke aku.” Sambung indra. 
“Bukan gitu, Ndra. Aku.. Aku takut kamu ninggalin aku.” Jawab mila terbata.
“Tapi sekarang justru ketertutupan kamu sama aku ini yang akan buat aku ninggalin kamu. Aku ga suka terus-terusan di belakangin. Aku sayang kamu apa adanya. Tapi kamu malah menyimpan rahasia besar hidup kamu yang seharusnya aku juga tahu. Daripada hubungan kita terus-terusan ga jelas dengan segala kebohongan ini, lebih baik sekarang kiita putus! Jadi kamu ga perlu takut aku terlalu jauh tahu tentang sisi lain kamu yang aku ga pernah tahu sebelumnya.” Sergah indra. Sambil berjalan meninggalkan mila.
“Ndra.. Indra..” Panggil mila. Sambil menangis.
Ku dekati mila. Ku rangkul dia dan kubiarkan dia menangis dalam dekapanku. Entah itu bisa mengurangi kesedihannya atau tidak. Tapi setidaknya itu bisa menenangkannya.
“Aku masih sayang dia, san. Tapi aku malah ngebohongin dia.” Kata mila yang masih menangis.
“kamu bohong apa? Cerita aja ke aku. Mungkin aku bisa Bantu kamu ngomong lagi sama indra!” Aku menawarkan diri membantunya.
“Aku bohong. Aku ga cerita kalau aku sakit parah dan mungkin ga akan bisa diselamatkan. Aku.. Aku kena kanker.. kanker otak, san. Dan aku ngelakuin ini supaya indra ga ninggalin aku. Tapi yang terjadi?” Mila menjelaskan padaku.
“Aku ngerti. Aku ngerti ini berat buat kamu. Tapi kamu harus kuat. Kamu harus terus berjuang ngelawan kanker kamu itu. Walaupun bukan indra yang kini menguatkan kamu. Tapi kamu harus tetap bertahan setidaknya buat orang-orang yang selalu sayang sama kamu, buat papa kamu, mama kamu, juga buat aku.” Entah kenapa  kalimat itu yang justru keluar dari bibirku.
“Kamu. Tapi kamu kan baru kenal sama aku. Kok kamu?” Jari telunjukku memotong ucapan mila.
“Aku memang baru kenal sama kamu. Tapi aku sayang banget sama kamu sejak pertama kali kita ketemu waktu itu. Dan sekarang aku ingin kamu bertahan buat aku.” Kejujuran hatiku kini berbicara.
“Ya, Aku janji. Buat kamu aku akan berjuang. Aku akan dioperasi. Tapi aku mau titip sesuatu buat kamu dan kamu harus janji akan selalu ngejaganya.” Tersenyum. Lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Diary.
♥♥♥
Rumah terasa sepi, Saat ku sampai. Ku rebahkan tubuhku di atas sofa. Sejenak mencoba melepaskan lelahku setelah seharian ini mengalami kejadian yang tak pernah terduga sebelumnya di hidupku. Terlintas pertanyaan dalam benakku ‘apa isi yang tertulis dalam diary nya mila?
Kubuka lembar pertama, Berisikan biodata mila. Dan di lembaran selanjutnya, berisi kejadian yang pernah dialami mila. Begitu seterusnya. Tapi mataku terhenti saat kubuka lembaran terakhir diary tersebut, terdapat fotoku dan sebuah kalimat yang sepertinya juga untukku:
 “andai aku punya kehidupan kedua, aku akan memberikan cintaku ini untuk orang yang kini membaca diaryku. Dialah orang yang kutemui di sebuah halte. Yang pertama kali membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.”
 “DDRRTTT..DDRRTT” Hape ku bergetar. Ada panggilan masuk. Ternyata dari mila.
            “Halo, Mil! Ada apa?” tanyaku.
            “Nak, ichsan. Ini bukan mila. Saya ayahnya. Saya ingin memberitahukan berita duka cita. Hhhfff… Hhhh.” Tarikan nafas pak irawan terdengar berat dan sedih untuk melanjutkan kalimatnya yang terputus.
            “siapa yang meninggal, Om?” tanyaku memberanikan diri.
            “MILA. Mila telah berpulang kepada sang pencipta. Sesaat setelah kamu meninggalkan rumah sakit.”
“Apa?? MILA?? Ga mungkin.” Tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Rasanya ribuan petir menyambar hatiku yang baru saja berbunga. Inikah makna kehidupan kedua yang tertulis dalam diary itu? Entahlah, aku hanya bisa terdiam sedih. Tak mampu berkata ataupun bergerak sedikit pun.
♥♥♥
Di pekuburan umum,orang-orang yang pernah mengenal mila telah berkumpul untuk mengantarkannya ke peristirahatan terakhir dalam hidupnya. Hatiku masih terasa sangat pilu, ditinggalkan gadis yang sangat aku sayangi. Tapi aku belajar satu hal dari apa yang kini telah terjadi. “saat cinta sejati datang dihatimu. Jangan siakan kehadirannya. Karna dia hanya akan datang sekali dalam hidupmu. Juga jangan takut untuk mengatakan kau mencintainya. Tapi saat cinta itu harus pergi, tetaplah berjanji padanya ‘untuk selalu menjaga cintanya dan takkan biarkan senyum hilang ditelan waktu. Dan dia akan selalu jadi malaikat pelindung di hatimu”
“mestinya dari dulu aku ketemu kamu, mil. Selamat jalan. LOVE U” Kataku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar